Friday, April 5, 2013

(Kisah Inspiratif) Seorang Polisi yang Menilang Sahabatnya



Di sebuah kota, tinggallah seorang
pemuda. Sebut saja namanya Joko.
Suatu hari, saat sedang
berkendara, ia melihat lampu lalu-
lintas yang tak jauh di depannya
sudah menyala kuning.
Bukannya melambatkan laju
mobilnya, Joko malah ‘tancap' gas.
Ia tahu, lampu merah di
persimpangan itu biasanya
menyala cukup lama dan
karenanya ia enggan menunggu.

Begitu mendekati lampu lalu-lintas,
nyala lampu kuning berganti
menjadi merah.
Karena berniat menerobos lampu
lalu- lintas, Joko pun terus melaju.

Namun setelah melaju tak berapa
jauh dari persimpangan, tiba-tiba
terdengar suara peluit keras sekali.
"Priiiiiiitttt! "
Di seberang jalan, seorang polisi
melambaikan tangan memintanya
berhenti. Dengan hati terpaksa dan
penuh dongkol, Joko menepikan
kendaraannya. Dari kaca spion, ia
memperhatikan polisi yang
mendatanginya. Wajahnya familiar.
"Ah, itu kan Andi, teman SMA-ku
dulu!" Joko merasa agak lega. Ia
pun turun dari mobilnya dan
menyambut Andi layaknya teman
lama. "Hai, Andi. Senang sekali
bisa ketemu kamu lagi!"
"Halo Joko," sapa Andi. Namun,
tidak ada senyuman di wajahnya.
"Maaf nih, karena aku lagi buru-
buru, jadi terpaksa aku menerobos
lampu merah," Joko mencoba
memberikan alasan.
Andi mengangguk. "Aku bisa
mengerti. Tapi sebenarnya, kami
sering memperhatikan kamu
melanggar lampu merah di
persimpangan ini."
"Oh ya?" Joko memasang muka
kurang senang. "Kalau begitu,
silakan tilang saja!" Dengan kasar,
Joko menyerahkan SIM-nya pada
Andi. Kemudian, ia masuk ke dalam
mobilnya sambil membanting
pintu. Melalui sudut matanya, Joko
melihat Andi menulis sesuatu di
buku tilangnya. Hatinya jengkel,
mengingat perlakuan teman
lamanya yang dirasanya kurang
simpatik itu.

Tak berapa lama, Andi mengetuk
kaca jendela mobilnya. Joko
membuka kaca jendela sedikit,
mengambil surat tilang yang
diselipkan melalui celah sempit itu,
dan melemparnya begitu saja ke
atas dashboard mobil. Andi
tertegun melihat kelakuannya itu.

Tapi, Andi segera kembali ke
posnya tanpa berkata apa pun.
Setelah tiba di tempat tujuan,
sebelum turun dari mobil, Joko
mengambil surat tilangnya. Tiba-
tiba, ia menyadari SIM-nya terselip
di situ. Dan kertas yang dikiranya
surat tilang ternyata adalah secarik
surat untuknya.
"Kenapa aku tidak ditilang?" Sambil
terheran-heran, ia segera
membaca isi surat Andi.

"Halo Joko, dulu, aku punya
seorang anak perempuan.
Sayangnya, dia sudah meninggal,
tertabrak seorang pengemudi
yang ngebut menerobos lampu
merah. Mungkin kamu berpikir
pelanggaran lalu lintas sebagai hal
remeh. Namun bagiku,
pelanggaran semacam ini adalah
hal besar yang bisa mempengaruhi
kehidupan orang
lain. Jadi, aku harap kamu hati-hati
dalam berkendara. Semoga
selamat sampai di tujuan. Salam,
Andi."

Joko terhenyak. Air mata
penyesalan bercampur kesedihan
menetes dari matanya. Segera, ia
memutar kendaraannya untuk
kembali ke pos polisi di
persimpangan tadi. Ia harus
meminta maaf pada sahabatnya
sekaligus berterima kasih karena
telah mengingatkannya . Kali ini, ia
mengemudikan kendaraannya
dengan lebih cermat dan hati-hati.
.
Member yang Bijaksana!
Manusia diciptakan berbeda-beda.
Dengan menyadari hal itu, kita pun
sepatutnya menyadari bahwa
sering kali pula kita memiliki
pandangan yang berbeda
terhadap sesuatu hal.
Seperti pada kisah ilustrasi di atas,
kesukaan Joko untuk menerobos
lampu merah yang baginya
"menyenangkan" justru
merupakan sebuah bencana bagi
Andi karena pengalamannya yang
pahit.

Karena kita tidak hidup seorang
diri di dunia ini, kita seharusnya
bersedia memperhatikan dan
mempertimbangka n penilaian
dan
pengertian orang lain. Dengan
sikap yang penuh kehati-hatian ini,
hidup yang kita jalankan akan
bermakna lebih
baik dan berharga bagi diri kita
sendiri juga orang lain di sekitar
kita.

Anda Setuju ?

No comments:

Post a Comment