Wednesday, January 30, 2013

ZAMAN PALEOLITHIKUM

Zaman batu adalah suatu periode ketika peralatan manusia secara dominan terbut dari batu walaupun ada pula alat-alat penunjang hidup manusia yang terbuat dari kayu ataupun bambu. Namun alat-alat yang terbuat dari kayu atau tulang tersebut tidak meninggalkan bekas sama sekali. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut tidak tahan lama. Dalam zaman ini alat-alat yang dihasilkan masih sangat kasar (sederhana) karena hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup saja. Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu, yaitu selama masa pleistosen (diluvium). Pada zaman paleolithikum ini, alat-alat yang mereka hasilkan masih sangat kasar.

Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjaan dengan cara masih sangat kasar. Para ahli menyebut alat pada zaman Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Selain di Pacitan, alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Selatan).


A. CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM
1. Jenis Manusia
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis. Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.

2. Kebudayaan
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.

a. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)

b. Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)

Zaman Paleolithikum ditandai dengan kebudayan manusia yang masih sangat sederhana. Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman Paleolithikum, yakni:
1. Hidup berpindah-pindah (Nomaden)
2. Berburu (Food Gathering)
3. Menangkap ikan


B. ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:

1. Kapak Genggam
kapak genggam
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.

2. Kapak Perimbas
kapak perimbas
Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan pacitan.



3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
alat tulang rusa
Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.








4. Flakes
flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.




Description: paleolithikum zaman batu tua, paleolithikum, zaman batu tua

READ MORE - ZAMAN PALEOLITHIKUM

Sunday, January 20, 2013

tanggapan tentang sistem pendidikan di Indonesia

indonesia adalah negara terbesar ke tiga didunia, tetapi indonesia pula negara terendah soal pendidikannya.
sistem pendidikan di indonesia sangat tidak efektive, terlalu banyak membebani para pelajar.
sementara itu guru-guru juga sering lalai dalam menjalankan tugas-tugasnya.
gaji guru yang belakangan ini sering terjadi kenaikan pun dipertanyakan, karna tidak sesuia dengan kinerjanya.

sistem pendidikan di Indonesia Lebih banyak keburukannya dibandingkan kebaikannya.
Sistem pendidikan di Indonesia kurang kreatif, selalu nyontek dari negara lain. Sistem yang ada telah keluar dari tujuan sebenarnya yang ingin mensejahterakan rakyat dan memajukan dunia. Selain sistemnya yang kurang baik bahkan bisa disebut buruk, juga banyak sekali oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Sekarang ini kebanyakan oknum pemerintahan yang lebih mementingkan EGO dan nafsu.


 sistem pembelajaran di indonesia kurang efektif. sperti yg kita tahu bagaimana keadaan pendidikan indonesia sendiri, mash kurangnya sarana dan prasarana, oknum yg sharusnya memajukan pndidikan dgn anggaran yg telah diberikan "tutup mata" atas sgala permasalahan yg menimpa dunia pendidikan. pemerintah menginginkan segala yg terbaik, nilai UN yg cukup tinggi, namun tdk diseimbangkan dgn proporsi muridnya. bnyak yg mengatakan "mau nilai UN segitu?? muridnya saja hanya makan ubi rebus" dan pandangan kelas ekonomi juga telah menyisihkan mereka yg berotak emas dan membuat mereka yg berkelimpahan menduduki posisi yg tdk sepantasnya

dan Kalau diibaratkan komputer, sistem pemerintahan (bukan hanya pendidikan) di Indonesia sudah banyak yang dirusak virus (oknum pemerintahan) yang mementingkan pribadinya sendiri. Satu-satunya langkah terbaik adalah format dan instal ulang dengan sistem yang lebih baik, dengan sistem yang kebal virus, dan tidak ada sistem yang lebih baik lagi dari sistem yang dibuat oleh pembuat indonesia sendiri, yaitu sistem yang dibuat oleh Allah swt. Dengan ini dunia bisa damai, tanpa menghapus perbedaan.

dan mungkin pemerintah dapat mengusahakan yg terbaik untuk rakyat bukannya menjerumuskan rakyatnya kedalam kesengsaraan yg bekelanjutan, saya sebagai penulis mengharapkan yg terbaik untuk  bangsa saya, indonesia diharapkan dapat memperbaiki semua hal yg berbau pendidikan karna pendidikan adalah sarana untuk menemukan para penerus-penerus bangsa.

sekian dan terima kasih. 
READ MORE - tanggapan tentang sistem pendidikan di Indonesia

Education System In Indonesia


Assalamuallaikum wr.wb
Good morning the honorable juries
Good morning my beloved friend
And good morning ladies and gentlemen.

First of all, lets thanks to allah who has given us so many comfortable things, so that we can get together in this competition,
                Second,we also thanks to our prophet Muhammad SAW, who has brought us from the darkness to the lightness.
                Well, ladies and gantlemen, I will introduce my self. My name is Rio dezaneru I’am from X6 class. I’m standing here to give you a speech  in front of you all. My topic is “Education System In  Indonesia”
Okey ladies and gentlemen.
As we know, Indonesia is the biggest country number three in the world  after china and rusia. And it is a country that have so many populace in this world. But in side of prosperity Indonesia can be called failed to reach prosperity of the citizen. For example, bad education system in Indonesia Is one of factor that make the failed of prosperity the citizen. Education system in Indonesia with the orientation “wajib belajar 9 tahun”. Until now, Indonesia use system UN (ujian Negara) or we can say National Exam. Is it effective with reality  in Indonesia? If analyze more deep, it’s not effective with some exam who give by by government from years to years. Every years student of elementary school yunior high school,and senior high school who join national  exam still there’s some group that fail to pass  the exam and they must take C packet or study over again next year. And they that fail to pass the exam often feel stress and then they want to choose dead. It’s so trrible only for get a pice of pertificate their mental to be down. When they get study three years and the pass only determined by five days in national examination.

Ladies and gentlemen
Every year Indonesia get almost two thousand  academic graduate for elementary school, yunior high school and senior high school. But after that they only be a laborer.



Ladies and gentlemen.
In this situation, the goverment must be respect with this problem. the government must repair the education system in Indonesia in order reach properisty of the citizen. And also, the government must increase quality of education system in Indonesia in order to the youth in Indonesia can be a good young generation for our country. And we as the young generation   have responsibility to study. Be a good youth as the young generation.
Well, Ladies and gentlemen.
There are some steps to increase quality of education system.
First, the government can held a training for them in order they have a wide perception. And be a good young generation and be autonomous and create a work by self.
Second, the teacher can use small programme such us discussion for the student. So they have a good mental and get good scientific. The teacher indirect will know about ability of the student, so they can shere their argument reach other. Is that more effective if we compare with national exam?
Ladies and gentlemen.
The conclusion of my speechwe must be optimis and always to try to be the best for this country and for education system in Indonesia .
                Well, that’s all for my speech today, thank’s for your ettention, please forgive me if i have a mistake. And finaly I say wabillahitaufik walhidayah wasalamualaikum wr.wb
READ MORE - Education System In Indonesia

Saturday, January 19, 2013

Sistem Pendidikan di Indonesia


Indonesia merupakan negara terbesar ke 3 di dunia setelah china dan rusia, dan merupakan negara kepulauan terbanyak penduduknya di dunia. Namun dalam segi kesejahteraan juga kemakmuran rakyatnya belum bisa dikatakan bagus dan dapat pula dikatakan gagal dalam mensejahterakan rakyat. Mengutip dari perkataan ahli sejarawan inggris bahwa negara yang maju adalah negara yang maju sistem pendidikannya. Ini mempunyai korelasi yang selaras dengan segala yang dihadapi oleh indonesia saat ini.
Sistem pendidikan indonesia dengan orientasinya “Wajib Belajar 9 Tahun”. Namun dari orientasi  ini adakah kontribusi lebih ndari pemerintah untuk rakyat? Sampai saat ini indonesia menggunakan sistem Ujian Negara (UN) yang sebelumnya yaitu EBTANAS. Dari kebijakan-kebijakan pemerintah ini adakah sumbangsih kebih dari pelaksanaan ujian ini? apakah efektif ujian tersebut bila dikaitkan dengan realita sekarang yang ada pada bumi pertiwi ini?
Apabila ditelaah lebih mendalam, alangkah tidak efektifnya berbagai ujian yang disuguhi pemerintah dari tahun ketahun. Terbukti, setiap tahun siswa SD, SMP maupun SMA yang mengikuti UN pasti ada segelintir golongan yang tidak lulus dan harus mengambil paket C atau mengulang tahun depan. Dan kerap sekali mereka yang tidak lulus merasa stress bahkan berlanjut  ke arah maut. Sungguh tragis, hanya karena untuk mendapatkan selembar ijazah yang “katanya menjanjikan mereka untuk masa depan mereka. Beban psikis mereka dapatkan ketika mereka menuntut ilmu untuk 3 tahun dan hanya di tentukan kelulusannya pada 5 hari dalam jangka Ujian Nasional.
Kenapa pemerintah tidak mengadakan berbagai pelatihan enterpreneurship untuk SLTA agar mereka lebih mempunyai wawasan yang luas dan mempunyai benih-benih menjadi usahawan dan menciptakan lapangan kerja sendiri? Atau lebih mudahnya melakukan program small discussion untuk para siswa agar mereka mempunyai mental yang bagus dan ilmu yang mumpuni, guru pun secara tidak langsung akan mengetahui kapabilitas seorang anak didik dari mereka saling berbagi argumen dengan yang lain, bukankah itu lebih efektif di banding UN yang hanya untuk kepentingan sepihak?
Setiap tahun Indonesia mengeluarkan hampir 2000 lulusan akademik dari Sekolah dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi. Namun setelah itu mereka hanya menjadi buruh yang bisa di samakan dengan budak yang nantinya akan menjadi domba-domba kaum kapitalis, maka jadilah negara ini menjadi Negara Konsumtif. Sungguh sistem ini merupakan sistem pembodohan publik!
Guru yang katanya “Pahlawan Tanpa Jasa” sekarang seakan-akan hilang ditelan zaman. Sedikit mereka yang ingin mencerdaskan bangsa, malah ingin memperkaya diri mereka dengan aksi tipu menipu dll.  Dan banyak oknum-oknum lainnya seperti asusila terhadap anak didiknya hingga hamil, kita hanya bisa menggelengkan kepala karena tak tahu lagi apa yang harus kami perbuat.

Dana APBN 20% untuk pendidikan pun hanyalah “nyanyian” pihak birokrat belaka, masih kalah negara tetangga kita dengan singapura dan malaysia yang sudah menganggarkan 23% dana APBN mereka untuk pendidikan. Beribu alasan yang tidak masuk akal pun kerap mereka lontarkan kepada rakyat dan hanya diminta untuk bersabar, sabar dan sabar.
Namun kita harus selalu optimis dan selalu berusaha untuk menjadi terbaik dengan negara lain dan selalu di mulai dari diri sendiri, pertahankan diri dari kemiskinan, kuasai ilmu pengetahuan, dan bersosialisasi yang baik dengan rakyat.

KOMPAS.com — Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam.

Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki "budaya" pendidikan.

Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan, seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas.

Gambaran perpaduan itu meletakkan Inggris dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan tes Pisa dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang juga merupakan salah satu tes dalam proses penyusunan peringkat. Pertimbangan-pertimbangan dalam peringkat ini diproduksi untuk Pearson oleh Economist Intelligence Unit.

Kompetisi global

Dua kekuatan utama pendidikan adalah Finlandia dan Korea Selatan, lalu diikuti oleh tiga negara di Asia, yaitu Hongkong, Jepang, dan Singapura.

Inggris yang dianggap sebagai sistem tunggal juga dinilai sebagai "di atas rata-rata", lebih baik daripada Belanda, Selandia Baru, Kanada, dan Irlandia. Keempat negara itu juga berada di atas kelompok peringkat menengah termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Perancis.

Perbandingan ini diambil berdasarkan tes yang dilakukan setiap tiga atau empat tahun di berbagai bidang, termasuk matematika, sains, dan kesusasteraan serta memberikan sebuah gambaran yang semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, tujuan utamanya adalah memberikan pandangan multidimensi dari pencapaian di dunia pendidikan dan menciptakan sebuah bank data yang akan diperbaharui dalam sebuah proyek Pearson bernama Learning Curve.

Melihat dari sistem pendidikan yang berhasil, studi itu menyimpulkan bahwa mengeluarkan biaya adalah hal penting, tetapi tidak sepenting memiliki budaya yang mendukung pendidikan. Studi itu mengatakan, biaya adalah ukuran yang mudah, tetapi dampak yang lebih kompleks adalah perilaku masyarakat terhadap pendidikan, hal itu dapat membuat perbedaan besar.

Kesuksesan negara-negara Asia dalam peringkat ini merefleksikan nilai tinggi pendidikan dan pengharapan orangtua. Hal ini dapat menjadi faktor utama ketika keluarga bermigrasi ke negara lain, kata Pearson.



Ada banyak perbedaan di antara kedua negara teratas, yaitu Finlandia dan Korea Selatan, menurut laporan itu, tetapi faktor yang sama adalah keyakinan terhadap kepercayaan sosial atas pentingnya pendidikan dan "tujuan moral".

Kualitas guru

Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut staf terbaik. Hal ini meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji.

Peringkat itu menunjukkan bahwa tidak ada rantai penghubung jelas antara gaji tinggi dan performa yang lebih baik. Dan ada pula konsekuensi ekonomi langsung atas sistem pendidikan performa tinggi atau rendah, kata studi itu, terutama di ekonomi berbasis keterampilan dan global. Namun, tidak ada keterangan yang jelas mengenai pengaruh manajemen sekolah dengan peringkat pendidikan.

Peringkat untuk tingkat sekolah menunjukkan bahwa Finlandia dan Korea Selatan memiliki pilihan tingkat sekolah terendah. Namun, Singapura yang merupakan negara dengan performa tinggi memiliki tingkat tertinggi.


READ MORE - Sistem Pendidikan di Indonesia

Saturday, January 5, 2013

pentingnya pendidikan karakter

 
Pendidikan tak bisa dipisahkan dengan rakyat. Pendapat inilah yang dianut oleh para pendiri bangsa dan tokoh pendidikan di awal kemerdekaan. Bagi mereka, pendidikan adalah aset sebuah bangsa dan dipergunakan untuk mencapai cita-cita kolektifnya.
Kita bisa menengok pemikiran Bung Hatta. Menurut Bung Hatta, pendidikan harus melayani kebutuhan rakyat. Karenanya, pelajaran atau kurikulum pun harus disesuaikan dengan kepentingan rakyat dalam perkembangannya. Artinya, jika sekarang rakyat sedang membangun, maka lembaga pendidikan mesti mencetak ‘tenaga pembangunan’.
Nah, supaya tanggung-jawab itu bisa terlaksana, maka pendidikan nasional harus mengutamakan pendidikan karakter. Bagi Bung Hatta, tujuan universitas tidaklah semata-mata mendidik orang untuk ilmu pengetahuan, tetapai juga untuk mendidik karakternya. “Ilmu dapat dipelajari oleh segala orang yang cerdas dan tajam otaknya, tetapi manusia yang berkarakter tidak bisa diperoleh begitu saja,” kata Bung Hatta.
Manusia berkarakter itu meliputi: kecintaan pada kebenaran, berpihak kepada rakyat, siap berjuang demi negara di segala lapangan kehidupan, berfikiran kritis-konstruktif, mengabdi kepada kemanusiaan, dan lain-lain.
Inilah dilema dalam pendidikan kita sekarang. Sistem pendidikan nasional, yang makin tunduk pada ideologi pasar, makin menjauh dari kepentingan rakyat dan negara. Pendidikan nasional tak lagi menghasilkan manusia berkarakter. Alhasil, kita punya banyak ahli atau pemikir di segala bidang, tetapi sangat sedikit yang berdedikasi kepada negara dan rakyat.
Lihat saja ekonom-ekonom kita. Banyak diantara mereka yang menimbah ilmu ekonomi di luar negeri. Namun, ketika mereka menjadi pejabat negara, kebijakan mereka justru menghancurkan ekonomi nasional dan memiskinkan rakyat. Mereka punya gelar tinggi dan faham teori-teori ekonomi. Namun, corak berfikir mereka belum lepas dari “economische minderwaardigheid”, yaitu penyakit orang yang selalu merasa rendah diri dalam perekonomian.
Ada beberapa persoalan di sini. Pertama, proses penyelenggaran pendidikan kita sudah bergeser dari semangat pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, menjadi semangat melayani kepentingan akumulasi keuntungan.
Kedua, kurikulum pendidikan tidak lagi disandarkan pada kebutuhan rakyat. Yang terjadi, kurikulum disusun sesuai dengan kepentingan pasar tenaga kerja dan kebutuhan industri kapitalis. Akhirnya, banyak pengetahuan yang dikembangkan di universitas tidak bisa menjawab problem konkret rakyat.
Ketiga,  proses penyelenggaraan pendidikan nyaris tanpa partisipasi dan keterlibatan massa rakyat. Tembok-tembok universitas dibangun tinggi-tinggi
untuk memisahkan kehidupan kampus dan rakyat di sekitarnya. Akibatnya, lembaga-lembaga pendidikan seperti terisolasi dari massa rakyat. Sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia itu bak menara gading di tengah-tengah massa rakyat.
Keempat, banyak pejabat universitas di Indonesia bermental inlander. Ini terlihat, misalnya, pada semangat “asingisasi” perguruan tinggi. Mereka bangga jika kampusnya mendapat kategori “world class university”. Ironisnya, internasionalisasi pendidikan hanya dimaknai sekadar penggunaan bahasa asing (Inggris) dalam pengantar kuliah. Sedangkan corak dan kedalaman ilmunya masih tetap terbelakang.
Kelima, pendidikan nasional sekarang sangat diskriminatif, segmentatif, dan banyak pengecualian. Orang-orang yang bisa mengenyam pendidikan hanyalah orang yang sanggup membeli atau membayar mahal. Ini akibat bekerjanya ideologi pasar dalam dunia pendidikan nasional.
Keenam, pendidikan nasional saat ini sangat alergi dengan fikiran-fikiran kritis dan emansipatoris. Akhir-akhir ini kita sering menyaksikan keputusan pejabat universitas mend-DO mahasiswa-mahasiswa kritis. Juga, tak sedikit universitas yang alergi dengan pergerakan mahasiswa.
Kekayaan terbesar suatu bangsa terletak pada pengetahuan rakyatnya. Karena itu, sesuai dengan pembukaan UUD 1945, pendidikan nasional harus bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan di sini tak bisa dimaknai sekedar punya “ilmu pengetahuan”, tetapi juga harus punya keberpihakan dan keterlibatan dalam pembangunan bangsa. Karena itu, mutlak kurikulum itu harus menekankan agar siswa bisa berfikir kritis, faham akan realitas sosial di sekitarnya, dan punya tanggung jawab moral bagi perjuangan rakyat dan bangsanya. Juga, tak kalah pentingnya, harus sesuai dengan kepribadian bangsa kita.
READ MORE - pentingnya pendidikan karakter

sagitarius


Arti : Panah
Simbol : Centaur
Periode : 22 November – 21 Desember

SIFAT YANG MENONJOL
Penganut kebebasan, seseorang yang hangat, penuh kasih sayang, menyenangkan, dan suka berteman. Mereka menyukai perubahan dan perbedaan. Mereka suka memulai sesuatu tanpa menyelesaikannya dengan baik, berjanji tapi sering mengingkari, dan suka mengumbar kata-kata tapi kemudian melupakannya. Seorang sagitarus mudah memaafkan dan melupakan. Sagitarius juga orang ceroboh dan gila ! Memiliki tanggung jawab yang besar dan berjiwa besar.

PERCINTAAN
Setia, penuh perhatian, dan tidak egois. Salah satu petualang cinta sebelum menemukan cinta sejatinya.

Jodoh yang cocok untuk Sagitarius : Leo, Libra, Aries, dan Aquarius.
Jodoh yang tidak cocok untuk Sagitarius : Pisces dan Scorpio.

PERGAULAN
Periang, suka humor dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Ikhlas dan rela menolong orang serta jujur dan bertanggung jawab, sehingga membuatnya disukai banyak orang.

PEKERJAAN
Pantang menyerah dan suka tantangan.

Pekerjaan yang cocok bagi orang Sagitarius :
Dokter, Pengacara, Pengarang, Pelukis.

PERKAWINAN
Perkawinan rukun dan harmonis adalah dambaannya.

REJEKI
Cukup bagus, karena ia tidak pelit dan tidak serakah, maka rejeki mudah mengalir padanya.

SUAMI SAGITARIUS
Pendiriannya teguh, penuh tanggung jawab dan pandai membawa diri.
ISTRI SCORPIO
Lemah lembut, penuh tanggung jawab, pandai mengurus rumah tangga dan dapat dipercaya.

MASALAH SEKS
Tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan.

SIFAT-SIFAT POSITIF
Murah hati, suka menolong, sabar, pantang menyerah, dan penuh percaya diri.

SIFAT-SIFAT NEGATIF
Suka berdusta, terlalu banyak mulut dan munafik. Jika meminjam sesuatu, ia akan segan mengembalikannya. Bahkan ia juga seorang yang ceroboh dan tidak pernah memperhitungkan tindaknnya dengan baik.

HARI BAIK
Kamis
READ MORE - sagitarius

Tuesday, January 1, 2013

Globalisasi TerhadapJati Diri Bangsa


 
  • 1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis, karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara. Jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati diri terhadap negara menjadi meningkat.
    2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional bangsa.
    3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan mempertebal jati diri kita terhadap bangsa.


    Pengaruh negatif globalisasi terhadap jati diri bangsa.
    1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri bangsa akan luntur.
    2. Globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya jati diri bangsa kita
    3. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
    4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
    5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. 
    Dampak di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap jati diri bangsa. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau luntur. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Bila dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
  • Pengaruh globalisasi terhadap pola berfikir masyarakat indonesia
    Era globalisasi kini telah merambah masuk di semua sektor kehiupan bangsa indonesia, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap budaya berfikir masyarakat indonesia. Saat ini pola berfikir masyarakat indonesia yang cenderung (tidak seluruhnya) tlah banyak mengarah pada budaya-budaya barat yang notabane cenderung mencontoh pada perilaku yang negatif. Budaya tersebut tercermin dengan menjadikan budaya barat sebagai sebuah patron dari kemajuan peradaban berfikir manusia. Banyak saat ini generani muda yang meniru pola kehidupan barat, dengan berbagai gaya dan perilakunya yang negatif dalam kehiodupan sehari, atau saat ini dikenal dengan sebutan “anak gaul” dimanakan idedalisme kita saat globalisasi merambah masuk dalam sistem kehidupan kita, apakah ini bentuik dari memudarnya pola berfikir generasi muda sebagai penerus bangsa.

    Era globalisasi memang tidak bisa di justification selalu membawa dampak yang negatif bagi kita, namun dalam hal ini menurut saya eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banayk contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya seks bebas dilalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan poirnografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sanagt memperhatikan. Kita sebagai negara dunia ketiga dijadika objek pasar dari penjualan obet terlarang internasional.

    Oleh karena itulah kitaa perlu membangun kemvbali pondasi pla berfikir kitya, sebagai pengemban tugas berat penerus cita-cita bangsa yang beradab sesuai dengan perilaku kita sebagai orang timur. Langkah awal yang harus dilakukan menurut saya adalah coba kita gali terlebih dahulu npotensi-potensi yang terdapat pada banga kita, masih banyak potensi yang belum kita gali, yang sebenarnya hal tersebut sanagt berpengaruh bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan eksistensi kultur sosial budaya bangsa indonesia, jangan jadikan budaya barat(dalam hal ini masuk melalui era globalisasi) sebagai patron pola berfikir, karena dari pola berfikir inilah nantinya perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari secara akan tidak akan terpengaruh dengan pola kehidupan buddaya barat yang bebas. Tunjukkaan bahwa kita sebagi bangsa yang besarf dengan keaneka ragaman kultur sosial budaya mampu bersaing dengan mereka, dengan menerapkan pola fikir kritis.

    NB : sampai kapan kita akan selalu dijajah oleh peradaban barat, kini saatnya untuk bangkit, buktikan kita mamapu!!!!

    14 juni 2005 5 lewat 25 menit sore hari di ukm penelitian
    Sebuah opini tentang :
    Pengaruh globalisasi terhadap pola berfikir masyarakat indonesia

    Era globalisasi kini telah merambah masuk di semua sektor kehiupan bangsa indonesia, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap budaya berfikir masyarakat indonesia. Saat ini pola berfikir masyarakat indonesia yang cenderung (tidak seluruhnya) tlah banyak mengarah pada budaya-budaya barat yang notabane cenderung mencontoh pada perilaku yang negatif. Budaya tersebut tercermin dengan menjadikan budaya barat sebagai sebuah patron dari kemajuan peradaban berfikir manusia. Banyak saat ini generani muda yang meniru pola kehidupan barat, dengan berbagai gaya dan perilakunya yang negatif dalam kehiodupan sehari, atau saat ini dikenal dengan sebutan “anak gaul” dimanakan idedalisme kita saat globalisasi merambah masuk dalam sistem kehidupan kita, apakah ini bentuik dari memudarnya pola berfikir generasi muda sebagai penerus bangsa.

    Era globalisasi memang tidak bisa di justification selalu membawa dampak yang negatif bagi kita, namun dalam hal ini menurut saya eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banayk contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya seks bebas dilalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan poirnografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sanagt memperhatikan. Kita sebagai negara dunia ketiga dijadika objek pasar dari penjualan obet terlarang internasional.

    Oleh karena itulah kitaa perlu membangun kemvbali pondasi pla berfikir kitya, sebagai pengemban tugas berat penerus cita-cita bangsa yang beradab sesuai dengan perilaku kita sebagai orang timur. Langkah awal yang harus dilakukan menurut saya adalah coba kita gali terlebih dahulu npotensi-potensi yang terdapat pada banga kita, masih banyak potensi yang belum kita gali, yang sebenarnya hal tersebut sanagt berpengaruh bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan eksistensi kultur sosial budaya bangsa indonesia, jangan jadikan budaya barat(dalam hal ini masuk melalui era globalisasi) sebagai patron pola berfikir, karena dari pola berfikir inilah nantinya perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari secara akan tidak akan terpengaruh dengan pola kehidupan buddaya barat yang bebas. Tunjukkaan bahwa kita sebagi bangsa yang besarf dengan keanekaragaman kultur sosial budaya mampu bersaing dengan mereka, dengan menerapkan pola fikir kritis.
READ MORE - Globalisasi TerhadapJati Diri Bangsa