Pada tulisan yang saya tayangkan pada tanggal 03 Juli lalu di
sini disertai berbagai argumentasi yang mendukung, baik dari aspek media
criticism maupun mengutip perkataan pejabat FBI, dan menyimpulkan
bahwa kabar tentang “kiamat internet” (internet doomsday) adalah
Hoax. Kini terbukti sudah, internet doomsday yang akan terjadi
pada 09 Juli 2012 memang hanya isapan jempol belaka. Kabar yang terlalu
dibesar-besarkan.
Tepat pukul 00.00 WIB 09 Juli 2012 (hari ini) sampai tulisan ini
dipublikasikan saya terus pantau perkembangan beberapa server di
Indonesia dan jaringan internet yang ada di rumah dan beberapa orang
teman. Kebetulan saya mengelola 7 website dengan server yang
berbeda-beda. Tidak ada satupun yang down. Aman-aman saja. Bisa
diakses seperti biasa. Begitu juga saya cek beberapa website dari list
yang saya punya yang lokasinya di luar Indonesia, semuanya masih normal.
Ini buktinya saya juga bisa nulis di Kompasiana, artinya internet masih
berfungsi baik di provider maupun server Kompasiana sendiri masih
normal.
Kabar atau berita jika sudah banyak berpindah tangan ke berbagai media
pasti akan mengalami pengurangan atau penambahan. Jika ada berita bahwa
seorang anak bisa menghitung di umur 2 tahun, pasti jika kabar ini sudah
bergulir, akan menjadi berita yang terkadang “lebay”, ditulislah bahwa
anak itu punya indera keenam, bahkan bisa jadi banyak didatangi untuk
diminta mengobati. Anak super jenius, dan lain-lain. Namanya juga kabar
burung, kabarnya hilang burungnya yang dibesar-besarkan.
Kadang wartawan juga tidak melakukan verifikasi, pokoknya kabar yang hot
disiarkan secara luas, yang penting kaidah jurnalistik (5W + 1 H)
terpenuhi. Padahal itu saja belum cukup. The truth (1 T)
padahal yang terpenting. Cover both side dari pendapat yang berbeda
harus juga disajikan sehingga pembaca mendapatkan perbandingan. Buktinya
Internet Doomsday yang katanya FBI bertanggung jawab, pihak
FBI sendiri tak pernah menyebut dengan istilah itu (baca di
sini keterangan FBI).
Verifikasi dalam sebuah kabar, berita atau informasi apapun sangat
diperlukan. Verifikasi bisa dilakukan dengan melibatkan “segitiga
pembuktian” atau yang dikenal dengan teknik triangulasi. Triangulasi
sumber dan triangulasi data. Triangulasi sumber adalah melibatkan
berbagai pihak yang terlibat, dikonfrontasi untuk mendapatkan kejelasan
dari informasi yang beredar. Adapun triangulasi data adalah pembuktian
dari data-data lain yang mendukung sehingga diperoleh kesimpulan yang
valid.
Pesan yang dapat diambil: jangan mudah terpengaruh oleh berita atau
kabar apapun sebelum melakukan verifikasi.
No comments:
Post a Comment