Saturday, July 13, 2013

BLSM Rp.150 Ribu Cuma Dapat 5 Bungkus Mi Instan di Papua



JAKARTA - Pengamat Ekonomi
dari Econit, Hendri Saparini,
heran dari mana dan seperti apa
perhitungan pemerintah
menggelontorkan bantuan
langsung sementara masyaraat
(BLSM) sebesar Rp 150 ribu per
bulan untuk warga miskin.

"Itu perhitungannya bagaimana,"
kata Hendri dalam "Dialog
Kenegaraan" di gedung DPD/DPR
RI Jakarta, Rabu (19/6/2013).

Dia menegaskan harga barang
dan jasa di daerah berbeda-
beda. Jika di Jawa umumnya
uang sebesar Rp 150 ribu bisa
untuk membeli sejumlah
kebutuhan pokok maka tidak
demikian halnya di daerah lain
seperti di Papua misalnya dimana
harga barang dan kebutuhan
pokok mahal. Misalnya dengan
Rp 150 ribu mungkin hanya
untuk 5 bungkus mi instan.
"Ini kok perhitunganya
disamakan dari Sabang sampai
Merauke," kata dia.

Demikian pula, Hendri Saparini
mempertanyakan hitungan
inflasi BPS yang dipakai sebagai
acuan besaran BLSM.
"Kalau perhitungan inflasi 5
persen yang dipakai BPS itu salah
besar apalagi kalau ini
sasarannya orang miskin sebab
inflasi orang miskin 2 atau 3 kali
lipat inflasi rata-rata. Jadi karena
bagi orang miskin harusnya
hitungan inflasi makanan bukan
yang lain," kata dia.

Menurut dia, BLSM ini sekadar
sedekah bagi orang miskin yang
disebut pemerintah sebagai
kompensasi atas kenaikan harga
BBM.

"Tapi sedekah BLSM Ini tidak
membantu hanya untuk
mengkompensasi. Nah 4 bulan
pemberian BLSM ini apa setelah
itu masyarakat bisa
mengkompensasi diri sendiri.

Apakah setelah 4 bulan itu harga
barang akan turun?" kata Hendri
Saparini.

Diberitakan sebelum pemerintah
akan membagikan BLSM Rp 150
ribu kepada kurang lebih 15 juta
warga miskin di Indonesia
sebagai kompensasi atas
rencana kenaikan harga BBM.

BLSM ini akan dibagikan mulai
Juli selama 4 bulan.

No comments:

Post a Comment