Penyakit demam berdarah adalah penyakit
akut yang disebabkan oleh infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti
dan Aedes Albopictus betina yang umumnya menyerang pada musim kemarau dan musim
hujan. Virus tersebut menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah sehingga
mengakibatkan pendarahan.
Mekanisme pertama, transmisi
vertikal dalam tubuh nyamuk. Virus dapat ditularkan oleh nyamuk betina pada
telurnya, yang nantinya akan menjadi nyamuk.
Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksua. Mekanisme kedua, transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh mahluk vertebrata dan sebaliknya. Yang dimaksud dengan mahluk vertebrata disini adalah manusia dan kelompok kera tertentu.
Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksua. Mekanisme kedua, transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh mahluk vertebrata dan sebaliknya. Yang dimaksud dengan mahluk vertebrata disini adalah manusia dan kelompok kera tertentu.
Nyamuk sendiri mendapatkan virus ini
pada saat menggigit manusia sebagai mahluk vertebrata yang saat itu darahnya
sedang mengandung virus dengue. Virus yang sampai ke dalam lambung nyamuk akan
mengalami replikasi atau memecah diri untuk berkembang biak, kemudian akan
bermigrasi dan akhirnya sampai di kelenjar ludah.
Virus memasuki tubuh manusia lewat
gigitan nyamuk yang menembus kulit. Aedes Aegypti betina bersifat intermittent
feeder, yaitu melakukan pengisapan darah berulang kali sebelum merasa kenyang.
Sifat inilah yang menjadi penyebab nyamuk Aedes Aegypti dalam saat yang sama
dapat menginfeksi beberapa orang dalam satu keluarga atau dalam area yang
berdekatan.
Empat hari kemudian virus akan
mereplikasi dirinya secara tepat. Apabila jumlahnya sudah cukup, virus akan
memasuki sirkulasi darah, dan mulai saat itulah manusia yang terinfeksi akan
mengalami gejala panas.
Namun reaksi tubuh manusia terhadap
virus ini dpaat berbeda. Perbedaan reaksi ini juga akan memanifestasikan
perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit.
Posted in Penyakit Demam Berdarah
| Tagged demam berdarah,
demam berdarah dengue, gejala demam berdarah, penyakit demam berdarah, penyebab penyakit demam berdarah | Leave a comment
Sistem pengelolaan kesehatan
masyarakat yang dimiliki pemerintah Indonesia seakan belum berjalan. Jika KLB
sudah terjadi, barulah ada koordinasi antara rumah sakit.
Puskesmas dan Dinas Kesehatan menjadi kambing hitam, selain masyarakat sendiri yang dituduh karena tidak mau menjaga kesehatan di lingkungannya.
Puskesmas dan Dinas Kesehatan menjadi kambing hitam, selain masyarakat sendiri yang dituduh karena tidak mau menjaga kesehatan di lingkungannya.
Parahnya lagi, dengan kondisi KLB
pun, inisiatif rumah sakit tentunya akan tetap menerapkan prinsip “hanya yang
punya uang yang bisa berobat dan dilayani dengan baik” ironisnya, Pemerintah
justru menyerahkan pengawasannya kepada masyarakat secara gratis lewat juru
pemantau jenti atau “jumantik”, setelah urusan korban meninggal.
Bayangkan, Departemen Kesehatan sudah mencatat 12.482 penderita DBD di 21 Provinsi, 241 diantaranya meninggal dunia, hingga akhir Februari 2004. Bahkan, Provinsi Jakarta sebagai pusat negara, menempati peringkat tertinggi-4252 jumlah penderita, 47 orang diantaranya meninggal dunia.
Bayangkan, Departemen Kesehatan sudah mencatat 12.482 penderita DBD di 21 Provinsi, 241 diantaranya meninggal dunia, hingga akhir Februari 2004. Bahkan, Provinsi Jakarta sebagai pusat negara, menempati peringkat tertinggi-4252 jumlah penderita, 47 orang diantaranya meninggal dunia.
Menurut Rita Kusriastuti dari Bagian
Arbovirusasi Departemen Kesehatan, kejadian DBD 2004 dua kali lebih parah
dibandingkan tahun sebelumnya. “Penyemprotan secara massal bukanlah
penyelesaian tepat. Nyamuk bertelur 200-400 butir per hari, disemprot lalu
mati, tapi esok harinya nyamuk baru lahir lagi”, kata Rita dari Depkes.
Sebenarnya DBD bukanlah penyakit
baru karena terjadi hampir setiap tahun seiring dengan perubahan musim, dari
musim penghujan ke musim kemarau. Masyarakat Indonesia sudah tahu tanda-tanda
dan cara penularan penyakit DBD, karena DBD masuk ke Indonesia sejak 36 tahun
lalu.
Pencegahannya pun sederhana saja dan
tidak perlu teknologi tinggi seperti pada kasus SARS yang untuk memastikan
penyakitnya perlu pemeriksaan laboratorium di Atlanta. Hanya saja untuk
memberantas DBD diperlukan langkah jelas dengan menumbuhkan perubahan sikap dan
kesadaran semua pihak, terutama masayarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungannya.
No comments:
Post a Comment